Rabu, 04 September 2013

SURVIVAL


SEARCH AND RESCUE
Search and rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan
menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan dan bencana .

Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.
Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan.

Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.


Sar TERBAGI 3, YAITU:

1.       SAR LAUT

2.       SAR DARAT

3.       SAR UDARA

PENCARIAN SAR TERBAGI MENAJDI 3, YAITU :

1.       OBAT NYAMUK

2.       PAGAR BETIS

3.       SETENGAH LINGKARAN

Tujuan SAR : untuk menyelamatkan korban kecelakaan dan bencana

Objek SAR : sesuatu yang dalam keadaan terpencil dan tersulit

Syarat –syarat SAR

1.       Memiliki moral yang tinggi

2.       Memiliki keterampilan

3.       Memiliki kedisiplinan

4.       Memiliki keberanian

5.       Memiliki fisik yang kuat

Misi  SAR

1.       Yang disebabkan oleh kerusakan pada pesawat terbang/ kapal laut

2.       Orang dalam keadaan tersesat / terisolir

3.       Adanya gangguan / luka-luka

4.       Adanya gangguan cuaca

Organisasi SAR Yang Dikenal Di Indonesia

  1. BASARI (Badan SAR Indonesia) : 6 menteri (Keuangan, Hankam, Dalam Negeri, Luar Negeri, Sosial, dan Perhubungan)
  2. BASARNAS (Badan SAR Nasional) : di bawah koordinasi Departemen Perhubungan.
  3. KKR (Kantor Koordinator Rescue) : ada dilokasi : Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan Biak
  4. SKR (Sub Koordinasi Rescue) : ada didaerah : Medan, Padang, Tanjung Pinang, Denpasar, Pontianak, Menado, Banjarmasin, Kupang, Ambon, Balikpapan, Sorong, Merauke, Jayapura.

Organisasi Operasi SAR

  1. SC (SAR Coordinator) : Biasanya pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang
    dalam penyediaan fasilitas.
  2. SMC (SAR Mission Coordinator) : Harus orang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
    tinggi dalam nenentukan MPP (Most Probable Position), menentukan area pencarian, strategi pencarian (berapa unit, teknik dan fasilitas).
  3. OSC (On Scene Commander) : Tidak mutlak ada, tapi juga bias lebih dari satu, tergantung wilayah komunikasi dan kesulitan jangkauaanya.
  4. SRU (Search And Rescue Unit).

Tugas SMC

1.       Menganalisa data yang masuk/diperoleh agar :

·         menentukan datum (MPP / Most Probable Position)

·         menentukan daerah pencarian

·         menentukan jumlah unsure yang dipakai

·         memperkirakan berapa lama waktu operasi.

2.       Melakukan koordinasi dengan semua unsure yang terlibat serta melayani hubungan.koordinasi (misalnya dengan pejabat-pejabat, wartawan, dan lain-lain).

3.       Menyediakan fasilitas logistik yang diperlukan SRU.

 

Sistem SAR

Ada 5 tahapan dalam operasi SAR :

1.
Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran)
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat/ musibah)
2.
Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan/ Preliminary Mode)
Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan bahwa berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan sebagai :
a.
INCERFA (Uncertainity Phase/ Fase meragukan) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.
b.
ALERFA (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).
c.
DITRESFA (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya) :
adalah suatu keadaan emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan dapat langsung pada tingkat Ditresfa yang banyak terjadi.
3.
Planning Stage (Tahap Perencanaan/ Confinement Mode)
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain :
*
Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).
*
Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).
*
Degree of Search Planning (tingkatan perencanaan pencarian).
*
Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).
4.
Operation Stage (Pertolongan)
Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi :
*
Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
*
Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
*
Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).
*
Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode).
*
Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
*
Mengadakan briefing kepada SRU.
*
Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
*
Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
*
Melakukan penggantian/ penjadualan SRU dilokasi Kejadian.
5.
Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi / Evaluasi)
Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok masyarakat.
 

Unsur-unsur SAR
Dalam kegiatan SAR ada 4 unsur yang bisa dijadikan penentu keterampilan yang
dibutuhkan sebagai penunjang suksesnya suatu tim sar dalam melakukan operasinya,
yaitu :

1.       Lokasi

kemampuan untuk menentukan lokasi korban. Hal ini memerlukan
pengetahuan menangani data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan dan lainnya.

2.       Mencapai

kemampuan untuk mencapai korban. Hal ii memerlukan keterampilan
mendaki gunung, rock climbing, cara hidup di alam bebas, peta, kompas,
membaca jejak, dan lainnya

3.       Stabilisasi
kemampuan untuk menentramkan korban dalam hal ini mutlak
diperlukan pengetahuan P3K, gawat darurat dan lainnya.

4.       Evakuasi
kemampuan membawa korban. Hal ini memerlukan keterampilan
seperti halnya “Mencapai”.


Tahapan SAR
Ada beberapa tahapan SAR, Yaitu :

1.       tahapan keragu-raguan, sadar bahwa keadaan darurat telah terjadi.

2.       tahapan kesiapan, melaksanakan segla sesuatunya sebagai tanggapan terhadap suatu kecelakaan, termasuk juga menadpatkan segala informasi mengenai korban.

3.       tahapan perencanaan, pembuatan rencana yang efektif dan segala koordinasi yang diperlukan.

4.       tahapan operasi, seluruh unit bertugas hingga misi SAR dinyatakan selesai


Pencarian pada operasi SAR
Berikut adalah beberapa pola teknis pencarian pada operasi SAR, yaitu:

1.       Track (T) / track line

·         Bila seseorang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang direncanakan dan tidak diketahui data-data lain, berarti jalur perjalanan/garis lintasan merupakan satu-satunya data.

·         Selalu dianggap bahwa sasaran (korban) masih disekitar atau dekat dengan garis rute Pola Track.

·         Untuk usaha pencarian secara fisik yang pertama kali dapat dilakukan misalnya meminta bantuan pada pesawat komersil yang kebetulan melintas jalur tersebut.

Pola track line dikenal 4 jenis :

§  TSR (track line, single unit, return)

§  TMR (track line, multi unit, return)

§  TSN (track line, single unit, non return)

§  TMN (track line, multi unit, non return)

2.       Parallel (P)

·         Daerah pencarian cukup luas dan medannya cukup datar.

·         Sangat baik untuk daerah pencarian yang berbetuk segi empat.

·         Hanya diketahui posisi duga fari sasaran yang dicari.

 

Dikenal 9 bentuk :

o   PS (parallel track, single unit)

o   PM parallel track, multi unit)

o   PMR (parallel track, multi unit, return)

o   PMN (parallel track, multi unit, non return)

o   PSC (parallel track, singe unit, circle)

o   PMC (parallel track, multi unit, circle)

o   PSS (parallel track, single unit, spiral)

o   PSL (parallel track, single unit, loran)

o   PSA (parallel track, single unit, arc)

3.       Creeping (C) / creeping line

·         Daerah pencarian sempit, panjang dan kondisinya cukup rata serta datar.

·         Kalau di pegunungan gunung, regu pencari dengan ola ini kan turun kejurang-jurang atau dataran yang lebih rendah.

4.       Square (SQ)

·         Biasanya digunakan pada daerah yang datar

·         Dengan pola ini perhitungan posisi juga harus merupakan kemungkinan yang tepat

·         Pembelokan tidak sembarangan, tetapi dengan perhitungan
C D
A B

5.       Sector (S)

·         Daerah yang disari tidak luas

·         Daerah pencarian berbentuk lingkaran

·         Rute regu pencarian berbentuk segitiga sama sisi

6.       Contour (CT)

·         Digunakan di bukit-bukit.

·         Pencarian selalu dimulai dari puncak tertinggi

·         Anggota SRU harus berpengalaman, mempunyai kondisi dan daya tahan tinggi.

·         Briefing harus baik, dengan peta yang cukup luas.

·         Keadaan cuaca harus baik, termasuk visibility (jangkauan pandang) dan keadaan anginnya.

7.       Barrier (B)

·         Digunakan dengan hanya menunggu atau mencegat dengan perhitungan yang pasti bahwa survivor akan lewat dengan melihat keadaaan lingkungan.

·         Digunakan jika regu pencari dan penyelamat tidak bisa mendekati tempat yang terkena musibah

8.       Flare

9.       Horning

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pola pencarian
Dari sekian banyak pola pencarian, anda harus memilih yang paling tepat. Pemilihan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ;

Ø  Ketepatan posisi survivor

Ø  Luas dan bentuk daerah pencarian

Ø  Jumlah dan jenis unit rescue yang tersedia

Ø  Cuaca di dan ke daerah pencarian

Ø  Jarak basecamp unit rescue ke lokasi musibah

Ø  Kemampuan peralatan bantu navigasi di daerah kejadian

Ø  Ukuran sukar dan mudahnya sasaran yang diketahui

Ø  Keefektifan taktik yang dipilih

Ø  Medan di daerah kejadian

Ø  Dukungan logistik ke daerah pencarian

Pola-pola pencarian yang sering dilakukan pada misi SAR darat (khususnya di Indonesia) adalah track line, parallel, dan contour. Untuk menamakan sesuatu pada pencarian SAR. Biasanya digunakan dengan huruf-huruf awal yang terdiri dari 3 huruf. Yaitu:

o   Huruf 1 : Pola pencarian yang digunakan, misalnya T (track line), P (parallel)

o   Huruf 2 : Unit yang terlibat, misalnya : S (single unit), M (multi unit).

o   Huruf 3 : Keterangan pelengkap, misalnya :

·         C = coordinated (dengan koordinasi) atau circle (melingkari)

·         R = radar (digunakan untuk pengendalian) atau return to starting point

·         N = Non return (tidak perlu kembali ke titik awal)

·         L = Loran line (sesuai garis loran)

 

Taktik pencarian

Taktik pencarian dapat bervariasi, tergantung pada situasi tertentu. Secara umum hal itu tercakup dalam lima metode pencarian, yaitu :

1.   Taktik pendahuluan
Merupakan usaha-usaha untuk mendapatkan informasi awal, mengoordinir reguregu pencari, membentuk pos pengendali, perencanaan, pencarian awal, dsb.

2.   Taktik Pembatasan

Menciptakan, membentuk garis lintas (perimeter) untuk mengurung korban dalam area pencarian

3.   Taktik Pendeteksian

Pemeriksaan terhadap tempat potensial dan juga menggunakan pencarian
potensial. Pada area tersebut diperhitungkan, ditemukannya korban ataupun jejak atau segala sesuatu yang tercecer yang ditinggalkan korban.

4.   Taktik pelacakan

Melacak jejak atau sesuatu yang ditinggalkan korban, biasanya pelacakan ini dilakukan dengan anjing pelacak atau orang yang terlatih mencari dan membaca jejak

5.   Taktik evakuasi

Memberikan perawatan dan membawa korban untuk perawatan yang lebih lanjut jika diperlukan.

source by : http://www.sispalaequator.blogspot.com
                   http://www.alamku-bocah-alam.blogspot.com
                  http://www.wappalafamily.blogspot.com